Edisi II/MBI/VI/2017

MENJADI MANUSIA YANG PEDULI

Rasulullah SAW dalam sebuah hadits bersabda, Betapa banyak orang puasa, tetapi tidak mendapatkan hikmah sedikitpun dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga saja. Dalam konteks hadits ini, Rasul mengajak kita untuk melakukan evaluasi terhadap rangkaian ibadah yang telah kita lakukan selama ramadhan serta  mencari sebab kegagalan puasa yang kita laksanakan.

Sebetulnya jika benar-benar dioptimalkan, maka Ramadhan dengan segala amaliah istimewanya adalah salah satu momentum terbaik bagi peleburan dosa dan penghapusan noda yang mengotori hati dan jiwa kita serta membebani diri kita selama ini, sebagaimana sabda Nabi: “Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala (dan ridha Allah), maka niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Muttafaq ‘alaih).

Salah satu bentuk amaliyah yang dianjurkan di bulan Ramadhan ini adalah kepedulian terhadap sesama yang secara psikologis kepedulian tersebut merupakan wujud rasa simpati, rasa senasib dan sepenanggungan sesama muslim. Semangat berbagi dan spirit memberi melalui sunnah berinfak dan bersedekah serta kewajiban berzakat, begitu indah menghiasi hari-hari penuh peduli sepanjang bulan Ramadhan. Dan itu semua tidak lain dalam rangka meniru dan menauladani Baginda Rasul tercinta shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling dermawan, lebih-lebih pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril ‘alaihis salam menemuinya, dan adalah Jibril ‘alaihis salam mendatanginya setiap malam di bulan Ramadlan, untuk bertadarus Al-Qur’an dengan beliau. Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jauh lebih dermawan dengan kebajikan dari pada angin yang bertiup (HR. Muttafaq ‘Alaih).

Kepedulian kepada sesama merupakan salah satu bentuk ajaran Islam tentang kedermawanan atau filantropi. Di dalam doktrin Islam, orang-orang yang tidak memiliki kepedulian terhadap anak yatim, fakir-miskin, dan kaum duafa lainnya, misalnya, dikategorikan dan dimasukkan sebagai pendusta agama. Allah mempertegas dalam QS Al-Ma’un 1-7:

أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ (١) فَذَٲلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلۡيَتِيمَ (٢) وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلۡمِسۡكِينِ (٣)فَوَيۡلٌ۬ لِّلۡمُصَلِّينَ (٤) ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِہِمۡ سَاهُونَ (٥) ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ (٦) وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ (٧

 

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, (yaitu) orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong) dengan barang berguna.”

Jadi, pendusta agama adalah orang yang rajin mendirikan salat dan taat menjalankan ibadah-ibadah wajib, namun tidak memiliki perilaku sosial yang baik terhadap sesama manusia. 

Kepedulian sesama ini bukan hanya melatih kita untuk mengasihi sesama, lebih dari itu, pada ranah tertentu, akan meningkatkan taraf ekonomi kaum mustadh’afin. Dengan demikian tidak ada lagi kesenjangan yang menganga antara orang kaya dan yang miskin.

Kewajiban kita sekarang adalah menjaga keistiqamahan dengan mempertahankan dan meningkatkan semangat berbagi dan karakter memberi sebagai bukti taqwa.

Maka mari kita jaga, pertahankan dan tingkatkan hikmah kepedulian ini, sebagai bukti taqwa dan sekaligus wujud syukur yang telah kita raih melalui seluruh amaliah Ramadhan.

 

Karena puasa bukanlah sekadar menunaikan rukun formal, tetapi dalam konteks yang lebih luas, puasa merupakan upaya pengendalian diri dari seluruh kecenderungan sifat dan perilaku yang negatif untuk mewujudkan insan muttaqin, sosok manusia paripurna.***

 

Diterbitkan oleh:

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

Sektor Melati Blok D4

Grand Depok City

Depok - Jawa Barat

www.mbi-gdc.or.id email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Dewan Kemakmuran Masjid Baitul Izzah menerima kiriman artikel/tulisan yang berkaitan dengan tema-tema keagamaan sebagai bahan renungan bagi jamaah Masjid Baitul Izzah