Edisi III/MBI/V/2017                                                                                                                 

RAMADHAN BULAN UKHUWAH

“Ketika masuk bulan ramadhan, maka pintu surga dibuka, sebaliknya pintu neraka ditutup, dan syetanpun dijerat tak bergerak.”

Penggalan hadits di atas merupakan potret bulan Ramadhan yang dipenuhi oleh suasana kondusif. Suatu kondisi yang benar-benar terbebas dari segala macam aktivitas negatif yang dilakukan manusia. Puasa adalah imsak, mencegah, serta menghentikan segala bentuk aktivitas negatif (maksiat). Sebaliknya puasa harus memperbanyak perbuatan baik (amal shaleh) sehingga di bulan Ramadhan benar-benar terkondisikan, seperti
apa yang disabdakan Rasulullah SAW di atas.

Kandungan hadits ini sebenarnya sangat metaforis. Makanya tak mengherankan kalau ada orang yang mengatakan “kalaulah semua setan dibelenggu, tapi mengapa tetap saja terjadi  kejahatan dan kemaksiatan?” Dalam ranah inilah, pendapat Al-Ghazali dalam kitab al-Arba’infi Ushul al-Din, menarik untuk dikaji. Menurutnya, syetan itu laten dan ada dalam diri setiap manusia. Kalimat ini mengandung makna bahwa syetan pada hakekatnya termasuk potensi dalam diri manusia. Karena itu syetan tidak terpisah dari manusia. Dan, suasana Ramadhan akan bisa terasa indah, manakala manusia bisa mengendalikan dan membakar “bahaya laten” dalam dirinya sendiri.

Pada waktu Nabi Muhammad SAW mulai membangun masyarakat muslim di Madinah, maka ukhuwah ini menjadi salah satu pilar pembangunan umat yang sangat penting.  Puncak hubungan sosial ini dapat digambarkan dalam masyarakat Islam yang pertama, yaitu persaudaraan kaum Anshor dan Muhajirin, kemudian membuat Piagam Madinah bersama golongan Yahudi dan Nasrani yang dibangun atas dasar cinta, yaitu ikatan hidup yang mengikat masyarakat bagaikan satu bangunan yang kokoh. Persaudaraan mereka bukan hanya sekadar kolektif, tetapi juga secara individual (semacam saudara) sehingga di antara mereka dapat saling mewarisi.

Di samping antara mereka terbentuk solidaritas sosial yang selama ini belum pernah mereka rasakan. Mereka telah mengaplikasikan nilai-nilai yang tinggi itu (ukhuwah) sehingga mereka dapat mencapai menara gading kegemilangan dan kesempurnaan. Seorang Mukmin haruslah menyadari dan memahami makna tentang persaudaraan ini, sehingga mengakui orang Mukmin lainnya sebagai saudaranya.

Dari sini akan timbul kerja sama yang serasi dan harmonis yang pada gilirannya akan terbentuk suatu masyarakat yang ideal, yaitu sosok masyarakat yang diwarnai oleh jalinan solidaritas sosial yang tinggi, rasa persaudaraan yang solid antar sesama anak bangsa.

Dengan demikian terjalin cinta, semangat gotong royong dan kebersamaan yang tinggi di antara anak-anak bangsa.

Lantas, apa yang harus kita lakukan? Mulailah daridiri kita, dengan diri kita, bagi diri kita. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam Q. S. al-Baqarah 44:

 أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَـٰبَ‌ۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ (٤٤

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban)-mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab. Tidakkah kamu berpikir?”

Oleh karena itu, sebagai umat tauhid yang selalu berusaha menebarkan kebajikan, kedamaian, dan keselamatan kepada seluruh umat manusia, sudah selayaknya kita memulai dari diri kita untuk membuka diri, bermurah hati, memberikan penghormatan dan penghargaan, menebarkan senyum perdamaian dan persaudaraan yang tulus ikhlas, berdialog dan berbagi pengalaman dengan kelompok lain. Dari sinilah makna kehadiran Islam sebagai rahmatan lil alamin akan terwujud dan tidak hanya menjadi slogan kosong.

 

Pada akhirnya, Ramadhan dengan pemahaman semacam ini memang menjadi momentum penebar kasih sayang dan ukhuwah sesama manusia dalam mengikis sifat egoisme yang menempatkan nafsu sebagai berhala. Sebaliknya, yang tumbuh adalah rasa persaudaraan dan kebersamaan, sehingga melalui puasa manusia bisa mewujudkan tatanan, sistem, dan struktur kehidupan yang lebih baik, amiinn.***

 

Diterbitkan oleh:

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

 

 

Sektor Melati Blok D4

Grand Depok City

Depok - Jawa Barat

www.mbi-gdc.or.id email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

 

Dewan Kemakmuran Masjid Baitul Izzah menerima kiriman artikel/tulisan yang berkaitan dengan tema-tema keagamaan sebagai bahan renungan bagi jamaah Masjid Baitul Izzah