MEMAKNAI KEKUASAAN

وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا

Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. (Al-Isra: 80)

Kedudukan manusia sebagai khalifatu fil ardhi sebagaimana di jelaskan dalam al-Qur’an mengandung konsekuensi bahwa manusia merupakan pemegang kekuasaan, baik untuk kekuasaan politik maupun sosial di dunia ini. Tentu kekuasaan ini mengandung konsekuensi untuk menegakan dan melaksanakan hukum-hukum Allah—al-Qur’an dan Sunnah—dalam rangka mencapai keridhaan-Nya.

Persoalannya adalah

pada tataran implementasinya, konsep ini sering tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan kekuasaan sering disalahgunakan (abuse of power), hukum-hukum Allah tidak sedikit yang disalahgunakan, bahkan otoritas kekuasaan yang di miliki seringkali digunakan untuk memperkaya diri, melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum, termasuk menindas rakyatnya sendiri. Pertanyaan kritisnya kemudian adalah untuk apa kekuasaan politik itu? Atau bagaimana penggunaan kekuasaan itu seharusnya?

Pemegang kekuasaan atau pemimpin politik sering  juga disebut khadimul ummah (pelayan umat). Menurut istilah  itu,  seorang  pemimpin  harus  menempatkan  diri  pada  posisi  sebagai  pelayan masyarakat,  bukan  minta  dilayani.  Dengan  demikian,  hakikat  pemimpin  sejatinya  adalah seorang  pemimpin  yang  sanggup  dan  bersedia  menjalankan  amanat  Allah SWT untuk mengurus dan melayani umat.

Sejarah Islam mencatat betapa besarnya perhatian para khalifah sebagai pemimpin terhadap urusan umat. Sebut saja Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sejak dibaiat menjadi khalifah, beliau bertekad untuk mengabdikan segenap hidupnya untuk mengurus rakyatnya.

Atha' bin Abi Robah menceritakan bahwa isteri Umar bin Abdul Aziz, Fathimah, pernah menemui suaminya saat berada di ruang sholat rumahnya. Fathimah menemukan Umar tengah menangis tersedu-sedu hingga air matanya membasahi janggutnya yang lebat.

Ia pun segera bertanya kepada suaminya itu, “Wahai, Amirul Mukminin, adakah sesuatu yang telah terjadi?” 

Umar bin Abdul Aziz menjawab, “Duhai Fathimah, sungguh di pundakku ada urusan umat Muhammad SAW baik yang berkulit hitam maupun putih. Karenanya, aku berpikir tentang mereka kaum fakir yang lapar, orang sakit yang tak punya biaya, orang 'telanjang' yang terpinggirkan, orang yang dizhalimi lagi dicengkeram, orang yang terasingkan dan ditawan, para tua renta, keluarga yang banyak anak tapi sedikit hartanya, dan urusan lain mereka di setiap jengkal bumi dan negeri. Padahal, aku tahu bahwa Tuhanku pasti meminta pertanggungjawabanku kelak pada hari kiamat. Aku takut kelak tak memiliki hujjah (argumentasi) di hadapan-Nya. Itulah sebabnya aku menangis.” 

Dari ilustrasi di atas tidak terlalu berlebihan jika dikatakan bahwa pemimpin atau pemegang kekuasaan yang benar-benar mampu memberikan pelayanan yang baik akan dapat memenuhi semua keinginan umatnya sebagaimana yang pernah dipintakan oleh Nabi Sulaiman AS.

Dalam konteks ini tentu sangat relevan untuk mencermati setiap konstestasi politik yang akan memberikan pilihan atau kekuasaan kepada pemimpin politik baik di tingkat lokal, regional maupun nasional. Setiap kesalahan dalam memilih akan memberi konsekuensi bagi umat atau menjadikan mereka sebagai korban.

Kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki oleh pemimpin politik sifatnya adalah amanah atau titipan Allah SWT. Oleh sebab itu kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki hendaknya digunakan semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab  melayani  umat.  Semakin  tinggi  kekuasaan  seseorang,  hendaknya  semakin meningkatkan  pelayanan  kepada  masyarakat.  Bukan  sebaliknya,  digunakan  sebagai peluang  untuk  memperkaya  diri,  bertindak  zalim  dan  sewenang-wenang.  Balasan  dan upah  seorang  pemimpin  sesungguhnya  hanya  dari  Allah  SWT di  akhirat  kelak,  bukan kekayaan dan kemewahan di dunia. ***

Diterbitkan oleh:

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

 

Sektor Melati Blok D4

Grand Depok City

Depok - Jawa Barat

www.mbi-gdc.or.id email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

 

Dewan Kemakmuran Masjid Baitul Izzah menerima kiriman artikel/tulisan yang berkaitan dengan tema-tema keagamaan sebagai bahan renungan bagi jamaah Masjid Baitul Izzah