Hakikat Bencana

*Oleh: Saiful Hidayat, S.Pd.I

 

   Hari-hari ini negeri kita sedang mengalami kesedihan yang bertumpuk-tumpuk. Kita sedang diuji oleh Allah SWT, hampir setahun kita diuji dengan wabah covid 19 yang menyisakan duka kesulitan dan berbagai macam hal yang kita rasakan bersama. Kemudian kita diuji dengan berbagai macam ujian dan musibah, belum lama kita mendengar kabar jatunya pesawat yang menewaskan seluruh orang yang di dalamnya,  kemudian kita mendengar terjadinya banjir di daerah kalimantan selatan dan di puncak bogor. Kita mendengar terjadi gempa yang cukup besar di daerah sulawesi, belum lagi kita menyisakan begitu banyak PR tentang maraknya kemaksiatan dan kedzoliman yang merajalela di lingkungan kita dan negara kita ini, serta yang paling menyedihkan adalah, kita mendapatkan kabar duka tentang wafatnya para ulama, orang-orang yang mewarisi tugas para nabi yang membimbing dan mengarahkan umat ini pada kebenaran. 

Sungguh ini merupakan musibah, merupakan ujian dari Allah SWT. Maka selayaknya kita sebagai seorang Muslim untuk dapat menyikapinya dengan benar, bukan sibuk untuk menilai terhadap ramalan-ramalan yang dilakukan oleh para normal-para normal, yang sam-sama kita ketahui bahwa islam melarang mendatangi dan membenarkan mereka.

Maka sikap apa yang kita lakukan sebagai seorang muslim di tengah musibah dan ujian yang kita rasakan pada hari-hari ini, sikap yang benar yang dapat kita lakukan adalah:

1.     Berkhusnuzon kepada Allah swt. dan ridha, ikhlas menerima setiap takdir yang ditentukan olehNya, karena boleh jadi bahwa ketika Allah menguji memberikan musibah suatu kaum itu merupakan tanda bahwa Allah sedang menghendaki kebaikan atau hikmah kebaikan di balik musibah tersebut.

Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda:

 

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ» رواه البخاري

Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa Allah kehendaki kebaikan baginya baik dunia maupun akhirat maka Allah akan berikan musibah ujian kepadanya”. (HR. Bukhari)

Boleh jadi musibah dan ujian yang Allah berikan kepada kita ini merupakan bukti cinta Allah kepada kita, dan karena Allah ingin memberikan kepada kita pahala yang sangat besar. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik rasul bersabda

 

عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآله وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ،

 

Bahwa besar kecilnya balasan seseorang ditentukan oleh besar kecilnya ujian yang ia terima

 وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ،

dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka diantara tanda cintanya maka Allah akan memberikan ujian kepada meraka

 فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا،

maka barang siapa yang rida dan ikhlas menerima ujian dan ketentuan Allah maka ia mendapatkan balasan dari keridhaannya tersebut,

 وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ»

maka barang siapa yang murka marah tidak rida menyalahkan Allah menyalahkan takdir Allah maka ia akan mendapatkan balasan atas ketidak ridaanya tersebut. (HR. Tirmidzi)

Inilah sikap yang pertama senantiasa berkhusnuzon kepada Allah dan rida terhadap takdirnya, karena setiap takdir Allah pasti akan medatangkan hikmah yang baik dibalik semua musibah dan ujian tersebut.

2.      Kedua, senantiasa bersabar, atas semua ujian dan musibah yang tengah menimpa kepada kita, dan orang-orang  yang bersabar Allah akan membalas dengan balasan yang tidak terbatas Allah berfirman: 

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ 

 “Sesunggunnya orang-orang yang mendapatkan pahala yang tanpa batas adalah mereka orang-orang yang bersabar”. (QS. Azzumar : 10)

Bahkan kesabaran itu sendiri adalah solusi dari berbagai macam kesulitan, dimana Allah memerintahkan kepada kita untuk meminta pertolongan kepada Nya dengan senantiasa menegakkan shalat, menjalankan perintah Allah dan senantiasa bersabar dalam menjalankanya maupun menjauhkan diri dari kemaksiatan,

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” (QS. Albaqarah: 45)

3.       Ketiga, melakukan instrospeksi diri dan bertaubat kepada Allah SWT. Mengapa demikian karena kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita berupa kesulitan kefakiran musibah semuanya, disebabkan diataranya ulah tangan dan perbuatan kita sendiri. Allah berfirman:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ 

“Bahwa apapun yang menimpa kalian berupa musibah adalah disebabkan ulah tangan kalian sendri dan padahal Allah telah banyak mengampuni kesalahan-kesalahan kalian.(As Syura : 30)

Sayyid Thontowi dalam tafsirnya mengatakan bahwa Allah SWT mengingatkan kepada kita semua, bahwa kesulitan hidup yang kita hadapi baik kemiskinan, kefakiran penyakit dan berbagai macam musibah harus kita sadari semuanya diantaranya adalah hasil dari ulah manusia sendiri.

Maka disini Allah mengingatkan kepada kita agar kita senantiasa menginstrospeksi diri kita atas semua amal perbuatan yang telah kita lakukan. Bersyukur atas kebaikan yang telah kita lakukan dan kita memohon ampunan kepada Allah atas kesalahan atas dosa yang kita lakukan. Maka kita harus bertaubat kepadanya mengakui kesalahan kita memperbanyak istigfar kepadanya dan memperbaiki seluruh kehidupan kita agar kita semakin taat terhadap perintah-perintah Allah SWT.

Bahkan dalam ayat ini kemudian sayyid thontowi mengutip sebuah hadis dimana rasulullah SAW mengatakan kepada Ali bin Abi Talib, “Wahai Ali maukah aku beritahu kamu tentang satu ayat yang sangat menarik dalam kitabullah yaitu ayat, wama ashoobakum min musibatin fabima kasabat aidikum, dan aku akan menafsirkanya  untukmu wahai Ali, lalu rasul bersabda bahwa semua yang menimpa kalian berupa penyakit, musibah yang kalian alami di dunia adalah disebabkan dari tangan kalian sendiri, dan Allah swt Maha mengetahui tentang apa yang Allah simpan kelak di akhirat berupa hukuman dan balasan bagi orang-orang di muka bumi.”

    Perbanyaklah kita beristigfar kepada Allah SWT, bertaubat kepadanya, lebih banyak mendekatkan diri padanya dengan malakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan serta melakukan amar makruf nahi munkar karena amar makruf nahi munkar yang kita lakukan adalah diantara bentuk cara kita untuk mencegah musibah, mencegah azab datangnya lebih besar yang diturunkan Allah untuk orang yang meninggalkan amar makruf dan nahi munkar.

 

Wallahu A'lam Bissawab.