TIGA PINTU SURGA

Oleh: Mohammad Hasyim*

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Setiap umat Muslim pasti menginginkan dapat meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah dan ditempatkan di surga-nya Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Lantas, bagaimanakah agar Muslim dapat masuk ke dalam surga?

Berdasarkan sejumlah hadits, ada tiga kunci utama untuk dapat membuka pintu-pintu surga, yakni:[1]

Pertama, bersaksi tiada Tuhan selain Allah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

“Kunci surga adalah bersaksi Tiada Tuhan Selain Allah.” (HR. Ahmad).

DR. Muhammad Taqiyuddin al-Hilali as-Subki dalam kitabnya berjudul Hukmu Tarikis Shalati 'Amadan Hatta Yakhruja Waktuha (1982:15) memberikan penjelasan terkait dengan hadits di atas sebagai berikut:

“Sesungguhnya bersaksi (bahwa tiada Tuhan selain Allah) merupakan fondasi kunci.”   Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah menjadi dasar pertama apakah seseorang akan dapat masuk surga atau tidak. Tanpa amal batiniah yang disebut tauhid ini semua amal kebaikan manusia tidak ada artinya dalam kaitannya dengan keselamatan di akhirat. Ia tidak akan masuk surga karena surga hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang bersaksi dengan sepenuh keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan satu-satunya.

Jadi iman tauhid merupakan fondasi dari semua amal manusia.   Sedemikian penting syahadat atau kesaksian seperti itu hingga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Barang siapa mati sedang ia percaya tiada Tuhan selain Allah, maka masuklah ia ke dalam surga.” (HR. Muslim).

Dengan demikian jelaslah betapa pentingnya kalimat tauhid tersebut dalam kaitannya dengan surga. Kita dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dengan mengucapkan kalimat tersebut agar memiliki fondasi yang kuat sebagai kunci utama surga.

Selain itu, beberapa hadits juga menunjukkan barang siapa di akhir hayat mengucapkan kalimat tersebut dengan meyakini sepenuhnya bahwa tiada Tuhan selalin Allah, maka itu pertanda bahwa ia akan menempati surganya Allah Subhanahu Wa Ta’ala di akhirat kelak.

Kedua, menegakkan sholat. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Kunci surga adalah menegakkan sholat.” (Dari Jabir bin Abdillah RA).

Sholat adalah kunci utama kedua setelah syahadat. Ia merupakan amal lahiriyah sekaligus merupakan perwujudan iman kepada Allah Subahanu Wa Ta’ala. “Shalat dan masing-masing rukunnya merupakan gigi-gigi kunci yang memungkinkan terbukanya (pintu surga).”

Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam  menjelaskan dalam sebuah haditsnya tentang pentingnya shalat dalam konteks menjaga keselamatan seseorang di hari Kiamat. Sholat merupakan amal jasmaniah pertama yang akan dihisab.

MOHON DO’A

DAN DUKUNGANNYA

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

Sedang Berikhtiar Memperluas Bangunan Masjid agar Lebih Lapang, Nyaman dan Representatif

BANTUAN DAPAT DISALURKAN KE

BANK SYARIAH MANDIRI

NO REK 7130906383

A/N PROYEK PENGEMBANGAN MBI

 

"Amal pertama seorang hamba yang akan dihisab di hari Kiamat adalah sholat. Apabila sholatnya baik, maka baiklah seluruh amalnya. Dan jika sholatnya buruk, rusaklah semua amalnya." (HR. at-Thabrani).

Ketiga, mencintai fakir miskin. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Dan kunci surga adalah mencintai fakir-miskin." (Dari Ibnu Umar R.A).

Mencintai fakir miskin merupakan kunci surga yang mewakili ibadah sosial dalam ranah akhlak. Al-Qur’an menyebut orang-orang yang tidak peduli terhadap anak yatim dan fakir- miskin sebagai para pendusta agama. Ayat-ayat itu berbunyi:

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin." (QS. Al-Ma’un: 1-3).

Dalam surat lain, Allah melarang berbuat aniaya terhadap anak-anak yatim dan fakir miskin. "Adapun terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya." (QS. Ad-Duha: 9-10).

Mencintai fakir-miskin (termasuk anak-anak yatim) merupakan akhlak terpuji. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melaksanakan hal ini secara nyata. Rasulullah mencintai fakir miskin, duduk bersama mereka, membesuk mereka yang sedang sakit, mengiring jenazah mereka, dan tidak pernah menghina orang fakir miskin.***

*Penulis adalah Humas DKM Baitul Izzah