MENYIKAPI

WABAH PENYAKIT

Oleh: Mohammad Hasyim*

 

Virus corona (Covid-19) saat ini menjadi wabah penyakit yang paling menakutkan di dunia. Banyak negara memilih untuk menutup interaksi dengan negara lain, khususnya dengan China—negara tempat virus itu berasal.

Di Indonesia, kepanikan terhadap virus yang menyebar melalui mulut, hidung dan tenggorokan ini juga tak kalah menghebohkan. Saking hebohnya, stock masker ludes di pasaran. Kalaupun ada, harganya selangit.

Belum lagi aksi panic buying emak-emak yang memborong sembako di supermarket. Aksi ini tidak saja merugikan masyarakat kecil yang juga memerlukan sembako, melainkan dapat menambah ketakutan dan kepanikan yang berlebihan.

Apalagi warga yang tinggal di Depok, kepanikan seperti ini jelas semakin memicu tindakan-tindakan yang kadang di luar akal sehat. Maklum saja sebab dua warga Depok disebut-sebut terinfeksi atau sucpect virus corona.

Lantas bagaimana seharusnya umat Islam menyikapi musibah menyebarnya wabah penyakit seperti corona?

Di zaman Rasulullah Sallalahu Alaihi Wasalam memang tidak ada virus corona tetapi wabah penyakit yang mematikan seperti itu sudah ada.

Diriwayatkan dalam hadits Bukhori bahwa kala itu banyak penduduk yang terjangkit penyakit lepra. Nabi memerintahkan umatnya untuk tidak mendekat. "Jangan kamu terus menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta." (HR Bukhori)

Hadits ini beralasan sebab bakteri penyebab kusta mudah menular antar manusia. Nabi juga pernah memperingatkan umatnya agar tidak berada di dekat wilayah yang sedang terkena wabah penyakit.

"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari)

Artinya apa? Ini seperti karantina yang selalu dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit agar tidak meluas.

Selain kusta, Nabi juga pernah menghadapi wabah di masa hijrah ke Madinah. Saat itu situasi Madinah dikatakan sangat buruk dengan air yang keruh dan penuh wabah penyakit.

Menghadapi situasi tersebut, Nabi meminta pengikutnya untuk sabar sambil berharap pertolongan dari Allah SWT. Seperti diceritakan Aisyah, mereka yang bersabar dijanjikan syahid.

Dalam hadist disebutkan janji surga dan pahala bagi yang bersabar saat menghadapi wabah penyakit.

Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal karenanya). (HR Bukhori).

Selain di masa Rasulullah, kisah wabah penyakit juga ada di masa khalifah Umar bin Khattab. Dalam hadist diceritakan, Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam saat kabar wabah penyakit diterimanya dalam perjalanan.

Hadits yang dinarasikan Abdullah bin 'Amir mengatakan, Umar kemudian tidak melanjutkan perjalanan.[1]

Wabah penyakit sejatinya tidak pernah diharapkan muncul hingga mengakibatkan kekhawatiran. Namun selalu ada alasan yang mengakibatkan wabah penyakit muncul dengan dampak yang tidak bisa diperkirakan.

Menghadapi kondisi ini, ada baiknya mengamalkan doa seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW dalam berbagai hadist:

Allahumma inni a'udhu bika minal-barasi, wal- jununi, wal-judhami, wa min sayyi'il-asqami'

"Ya Allah, aku mencari perlindungan kepadamu dari kusta, kegilaan, kaki gajah, dan penyakit jahat. (HR Abu Daud).

Hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik tersebut mendapat kategori shahih. Namun, selain berdoa dan beribadah, tentu yang tak kalah penting lagi adalah berupaya melakukan pencegahan agar virus corona tidak menyebar. Misalnya dengan selalu menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan, serta tentunya segera ke dokter bila terjadi penurunan fungsi tubuh.***

*Penulis adalah Humas DKM Baitul Izzah

MOHON DO’A

DAN DUKUNGANNYA

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

Sedang Berikhtiar Memperluas Bangunan Masjid agar Lebih Lapang, Nyaman dan Representatif

BANTUAN DAPAT DISALURKAN KE

BANK SYARIAH MANDIRI

NO REK 7130906383

A/N PROYEK PENGEMBANGAN MBI