Oleh: Shaquilla Hasyim*
Bismillahirrahmanirrahim
Muhasabah berasal dari akar kata hasiba yahsabu hisab. Makna dari kata tersebut secara etimologis adalah melakukan perhitungan.
Dalam terminologi syar’i, makna dari muhasabah adalah upaya untuk melakukan evaluasi diri terhadap setiap kebaikan dan keburukan beserta semua aspeknya.[1]
Evaluasi diri meliputi hubungan seorang hamba (manusia) dengan Allah, maupun hubungan sesama makluk ciptaan Allah seperti dalam kehidupan sosial, yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia, lalu secara umum dengan makhluk lainnya.
Bermuhasabah adalah salah satu cara untuk mengantarkan manusia menjadi makhluk yang mulia di mata Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hasyr Ayat 18 sebagai berikut:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡتَنظُرۡ نَفۡسٌ۬ مَّا قَدَّمَتۡ لِغَدٍ۬ۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ (١٨
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS.Al-Hasyr :18).
Di dalam hadits nabi Muhammad SAW, beliau bersabda:
“Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”. (HR. Imam Turmudzi).
Artinya, manusia yang beruntung adalah manusia yang senantiasa memperbaiki diri dan selalu mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang kekal di akhirat, sebab hakikat keberuntungan dan kesuksesan manusia adalah yang selamat kelak di yaumul akhir.
Ada beberapa faedah dari muhasabah beserta keutamaan yang akan didapatkan oleh orang yang senantiasa bermuhasabah, yaitu:
1. Dengan bermusahah diri, maka setiap Muslim akan bisa mengetahui kelemahan serta sadar akan aib dirinya sendiri, baik itu dalam hal amalan ibadah, maupun aktivitas lain dalam kehidupan duniawi. Dengan begitu dia akan tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki diri dan berbuat baik.
2. Dalam hal ruhani, kita akan lebih menyadari akan hak dan kewajiban sebagai seorang hamba Allah SWT, serta seorang hamba akan lebih memahami hakikat dari ibadah yang sebenarnya bahwa apa yang kita lakukan, segala perbuatan serta amal-amal ibadah kita, semata-semata hanya karena Allah SWT. Dengan demikian kita tentu berharap akan mendapatkan rahmat dan cinta kasih-Nya sekaligus Allah mengampuni segala dosa yang telah kita perbuat.
3. Seseorang akan telah mengetahui mana yang baik atau buruk, sesuatu kebenaran atau kebatilan, baik besar maupun kecil, tentu akan lebih baik ke depannya dengan mengambil hikmah dari muhasabah diri.
4. Seseorang yang di dalam dirinya senantiasa bermuhasabah akan takut akan kemaksiatan dan keburukan, sehingga dia sadar bahwa setiap tingkah dan perbuatan setiap saat dan setiap waktu senantiasa diawasi oleh Allah SWT. Oleh sebab itu dia akan sadar bahwa kedamaian ialah berbuat kebaikan dan amal sholeh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan seorang hamba yang senantiasa bermuhasabah akan sangat membenci hawa nafsu dan senantiasa mewaspadainya.
Jadi, muhasabah diri di dalam agama Islam yaitu kita memaknainya sebagai bentuk intropeksi diri, evaluasi segala apa apa yang ada di dalam diri kita.
Dan Allah SWT telah memerintahkan bahkan Rasulullah SAW pun telah memberi pesan kepada kita semua bahwa muhasabah sangatlah penting untuk dilakukan oleh setiap umat Muslim.***
*Penulis adalah Jamaah Masjid Baitul Izzah
Renungan Jumat Ini Diterbitkan Oleh:
DEWAN KEMAKMURAN MASJID
BAITUL IZZAH
Sektor Melati Blok D4 Grand Depok City
Depok - Jawa Barat
www.mbi-gdc.or.id email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
Dewan Kemakmuran Masjid Baitul Izzah menerima kiriman artikel/tulisan yang berkaitan dengan tema-tema keagamaan sebagai bahan renungan bagi jamaah Masjid Baitul Izzah |