Oleh: Fawwaz al Insani*

Bismillahirrahmanirrahim 

Bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri 1439 Hijriyah telah berlalu dari hadapan kita. Kita tentu bahagia karena diberi kesempatan untuk beribadah di bulan suci yang penuh dengan maghfirah dan ampunan, seraya berharap Allah SWT menerima amal ibadah kita dan mengampuni dosa-dosa yang telah kita lakukan selama ini. 

Kita juga tentu bergembira karena dapat merayakan Idul Fitri 1439 Hijriyah bersama keluarga, sembari merajut kembali tali silaturahmi yang selama ini terputus dengan sanak-kerabat untuk bermaaf-maafan dan berbagi kebahagian.

Lantas, setelah itu apa? Setelah itu kita wajib menjaga keistiqamahan kita dengan tetap melanjutkan semangat ibadah Ramadhan sebagai bukti ketaqwaan kita. Jadi mari kita senantiasa menjaga dan mempertahankan semangat beribadah sebagaimana yang kita lakukan di bulan Ramadhan. 

Semangat beribadah di bulan Ramadhan bukan sekadar menunaikan rukun puasa, tetapi dalam konteks yang lebih luas adalah upaya untuk pengendalian diri dari seluruh kecenderungan sifat dan perilaku yang negatif. 

Oleh sebab itu, kegagalan meraih makna dan hakikat Ramadhan tentu saja akan membuat kita merugi dan kehilangan keistimewaan Ramadhan. Bulan Ramadhan menjadi tidak ada bedanya dengan bulan-bulan lainnya. 

Bulan Ramadhan menjadi istimewa karena bulan tersebut memberikan kesempatan kepada kita untuk mengistimewakan nurani dan fitrah kita sebagai seorang manusia. Kesucian Ramadhan sangat bergantung pada bagaimana seseorang berupaya menyucikan diri menjadi fitri. 

Rasulullah SAW dalam sebuah hadits bersabda Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan hikmah sedikitpun dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga saja. Dalam konteks hadits ini, Rasul mengajak kita untuk melakukan evaluasi terhadap rangkaian ibadah yang telah kita lakukan selama Ramadhan serta  mencari sebab kegagalan puasa yang kita laksanakan. 

Dengan demikian, setelah sebulan menjalani ibadah puasa, umat Islam tak ubahnya seperti dilahirkan kembali. Nabi mengilustrasikan kayaumin waladathu ummuhu, seperti bayi yang baru lahir, kembali ke fitrah. 

Oleh karena itulah, pasca Ramadhan dan Idul Fitri 1439 H, kini menjadi momentum yang sangat tepat untuk napak-tilas dan menemukan jati-diri kita yang hakiki. 

Kita telah melakukan penempaan diri dengan berpuasa selama satu bulan penuh. Menahan nafsu dan gejolak jiwa, mendawamkan al-Qur’an bagi penelusuran maknanya guna menemukan titah Allah, bermunajat dan shalat di malam hari, bersedekah, menyantuni anak yatim, berwasiat tentang kebenaran (al-haq) dan kesabaran (al-shabr), dan amal shaleh lainnya. Berbagai aktifitas tersebut semestinya mendongkrak kita menuju tingkat ketakwaan yang sejati. 

Ketakwaan dalam Islam terekspresi menjadi dua hal fundamental. Pertama, sebagai seorang `abd (hamba) sebagaimana firman Allah, “tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (Q.S. al-Dzariyat, 27: 56). Kedua, sebagai khalifatullah, wakil Allah di muka bumi sebagaimana firman-Nya, “sesungguhnya Aku menciptakan di bumi seorang khalifah (pengganti, wakil)” (Q.S. al-Baqarah, 2: 30). 

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang yang khusyu' dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna dan orang yang menunaikan zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, serta orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi (surga) Firdaus. Mereka kekal di dalamnya” (Q.S. al-Mukminun, 18: 1-11).***

 

*Penulis adalah jamaah Masjid Baitul Izzah

 

Renungan Jumat Ini Diterbitkan Oleh:

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

Sektor Melati Blok D4 Grand Depok City

Depok - Jawa Barat

www.mbi-gdc.or.id email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it. 

Dewan Kemakmuran Masjid Baitul Izzah menerima kiriman artikel/tulisan yang berkaitan dengan tema-tema keagamaan sebagai bahan renungan bagi jamaah Masjid Baitul Izzah