Oleh: Mohammad Hasyim*

Bismillahirrahmanirrahim 

            Di kalangan kaum muslimin Indonesia ada satu tradisi yang biasa dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri atau hari-hari berikutnya yang disebut Halal bi halal. Kata ini berasal dari bahasa Arab, tetapi tidak dikenal oleh orang Arab.
            Dengan kata lain, kata ini adalah kata bahasa Arab khas Indonesia. Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa halal bi halal adalah cara maaf-memaafkan pada hari lebaran.
            Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kita untuk saling memaafkan. Saling memaafkan ini merupakan salah satu ciri orang-orang yang bertaqwa sebagaimana juga yang dicita-citakan dalam ibadah puasa.

 Allah SWT berfirman: “Dan memberi maaf itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Baqarah: 237). Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya-seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (QS. Ali Imran: 132-133).

 Dalam sebuah hadits, sabda Nabi Muhammad SAW bersabda:

             “Barang siapa yang berbuat dhalim (dosa) kepada saudaranya, maka hendaklah dia meminta halal (maaf) dari kedhaliman itu. Sesungguhnya di akhirat nanti tidak ada dinar atau dirham (uang dan kekayaan lainnya), sebelum pahala kebaikan seseorang diambil untuk saudaranya (yang dianiaya) sebagai tebusan. Apabila dia tidak memiliki pahala kebaikan, maka kejelekan (dosa) orang yang dianiayaanya itu ditimpakan kepadanya.” (HR. Bukhari).

 Dalam hadits lain, Nabi SAW bersabda yang artinya:

             “Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat: Apakah kalian tahu orang yang sial (muflis)? Mereka menjawab: Orang yang sial adalah orang yang tidak punya uang dan kekayaan lainnya. Beliau bersabda lagi (sebagai sanggahan atas jawaban sahabat itu): Sesungguhnya orang yang muflis itu adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat dan puasanya, tetapi dia mencela si anu, menuduh zina si anu, membunuh si anu, memukul si anu, maka pahala kebaikannya diberikan kepada orang lain (yang dianiaya). Apabila pahala kebaikannya habis sebelum diberikan kepada orang yang lain, maka kesalahan orang lain (yang dianiaya) itu ditimpakan kepadanya, kemudian dia lemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim).

 Kewajiban kita sekarang setelah Hari Raya Idul Fitri 1439 H ini adalah menjaga keistiqamahan dengan melanjutkan amaliah Ramadhan yang telah kita lakukan. Kita telah melakukan penempaan diri dengan berpuasa selama satu bulan penuh. Menahan nafsu dan gejolak jiwa, men-dawam-kan al-Qur’an bagi penelusuran maknanya demi menemukan titah Allah, bermunajat dan shalat di malam hari, bersedekah, menyantuni anak yatim, berwasiat tentang kebenaran (al-haq) dan kesabaran (al-shabr), saling maaf-memaafkan dan amal shaleh lain sebagai bukti ketaqwaan kita.

 Namun keberhasilan riyadhoh amaliyah bulan Ramadhan ditentukan dengan keistiqamahan kita pasca Ramadhan atau hari-hari selanjutnya. Sungguh bijak seorang penyair Arab yang berkata: Laisa al-'iidu man labisa al-jadid Walakin al-'iid man tho'atuhu yaziid. Hari Raya bukanlah ditandai dengan pakaian baru, tetapi hakikat hari raya adalah siapa yang ketaatannya bertambah maju.

 Oleh karena itu mari kita jaga dan pertahankan keistiqomahan kita sebagai bukti taqwa dan sekaligus wujud syukur atas nikmat yang telah kita raih melalui seluruh amaliah Ramadhan. Puasa bukanlah sekadar menunaikan rukun formal, tetapi dalam konteks yang lebih luas, puasa merupakan upaya pengendalian diri dari seluruh kecenderungan sifat dan perilaku yang negatif untuk mewujudkan insan yang muttaqin, yakni sosok manusia paripurna.***

 *Penulis adalah Sekretaris II DKM Baitul Izzah

 

Renungan Jumat Ini Diterbitkan Oleh:

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

Sektor Melati Blok D4 Grand Depok City

Depok - Jawa Barat

www.mbi-gdc.or.id email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Dewan Kemakmuran Masjid Baitul Izzah menerima kiriman artikel/tulisan yang berkaitan dengan tema-tema keagamaan sebagai bahan renungan bagi jamaah Masjid Baitul Izzah