Oleh: Muhammad Rijal*

Bismillahirrahmanirrahim

Sahabat sholehku,

Syukur adalah memaksimalkan/mengoptimalkan apa saja nikmat yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita untuk sebesar-besarnya ibadah kepada Allah SWT.

Demikianlah, Islam menganjurkan umatnya supaya sentiasa bersyukur terhadap segala macam nikmat dan rahmat yang dianugerahkan oleh Allah SWT, termasuk nikmat kedatangan Ramadhan yang diberkahi dengan banyak kebaikan. Insya Allah melalui sifat suka bersyukur ini, nikmat Ramadhan yang ada hari ini akan bertambah kebaikan dan seterusnya bertambah-tambah lagi keberkahan serta kebahagian dalam kehidupan kita. Negara mendapat naungan limpahan rahmat keamanan, keselamatan, keberkahan dan keridhoan dari Allah SWT.

Mudah-mudahan kita termasuk dalam kalangan hamba-hamba Allah yang benar-benar bersyukur serta akan memperolehi ganjaran dan balasan yang sebaik-baiknya di sisi Allah SWT, firman-Nya:

Apa gunanya Allah menyiksa kamu sekiranya kamu bersyukur (akan nikmat-Nya) serta kamu beriman (kepada-Nya) dan (ingatlah) Allah sentiasa membalas dengan sebaik-baiknya (akan orang yang bersyukur kepada-Nya) lagi Maha Mengetahui (akan hal keadaan mereka)”. (QS. An-Nisaa’: 147).

Kufur nikmat merupakan lawan dari mensyukuri nikmat. Syukur adalah menampakkan pengaruh nikmat yang Allah berikan kepada seorang hamba dari hatinya dengan keimanan, dari lisannya dengan pujian dan dari anggota badannya dengan ibadah serta ketaatan. Semua nikmat datangnya dari Allah SWT. Sebagaimana yang Allah firmankan: “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya).” (QS. An Nahl: 53)

Dalam ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan kepada kita untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan dan melarang kita untuk berbuat kufur. Bahkan di ayat yang lain Allah mengancam orang-orang yang berbuat kufur dengan adzab yang pedih.

Sebagaimana dalam firman Nya: "Dan (ingatlah) ketika Robbmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim: 7)

***

Jika kita diingatkan untuk senantiasa bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, lain hal-nya dengan sifat istidroj atau terlena dalam kehidupan duniawi. Apa itu istidroj? Istidroj adalah  azab yang diundur-undur oleh  Allah Ta’ala karena Allah tetap memberikan kita:

1.    Harta yang berlimpah padahal tidak pernah bersedekah.

2.    Rezeki yang berlipat-lipat padahal jarang shalat, tidak senang pada nasihat ulama dan terus berbuat maksiat.

3.    Dikagumi dan dihormati padahal akhlak bejat.

4.    Diikuti, diteladani dan diidolakan padahal bangga mengumbar aurat dalam berpakaian.

5.    Sangat jarang diuji sakit padahal dosa-dosa menggunung dan membukit.

6.    Tidak pernah diberikan musibah padahal gaya hidupnya sombong, meremehkan manusia, angkuh dan bedebah.

7.    Anak-anak sehat dan cerdas padahal diberikan makan dari harta hasil yang haram (menipu, korupsi, riba dll).

8.    Hdup bahagia penuh canda tawa padahal banyak orang karenanya ternoda dan terluka.

9.    Kariernya terus menanjak padahal banyak hak orang diinjak-injak.

10. Semakin tua semakin makmur padahal berkubang dosa sepanjang umur.

Hati-hati, karena itulah yang dinamakan istidraj.

Renungkan ayat ini:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

"Maka Tatkala Mereka Melupakan Peringatan yang telah diberikan kepada mereka,  KAMI pun Membukakan Semua Pintu-Pintu Kesenangan Untuk Mereka;  Sehingga apabila Mereka Bergembira Dengan Apa yang Telah Diberikan Kepada Mereka, KAMI Siksa Mereka Dengan Sekonyong-Konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (QS. Al-An’am: 44)

Maka jangan silau dengan kesuksesan dan kemegahan yang ditampikan seseorang. Waspadalah bisa jadi dia sedang mengalami istidraj. Kalau kita sudah beramal soleh namun masih diberi ujian/cobaan maka itulah tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya berupa keringanan dosa dan menuju ampunan-Nya.

Semoga kita selamat dari istidraj.

Salam bahagia,

Taman para pencinta-Nya.***

*Drs. H. Muhammad Rijal adalah Guru Tetap Kajian di Masjid Baitul Izzah

Diterbitkan oleh:

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH