Oleh: Elvi Setiaji*

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ 

Allah SWT berfirman dalam surat Al Anbiya Ayat ke 105:

 وَلَقَدۡ ڪَتَبۡنَا فِى ٱلزَّبُورِ مِنۢ بَعۡدِ ٱلذِّكۡرِ أَنَّ ٱلۡأَرۡضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ ٱلصَّـٰلِحُونَ (١٠٥

“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) ad-Dzikr, bahwasanya bumi itu hamba-hamba-Ku yang saleh-lah yang (mempunyai hak) mewarisinya” (Al-Anbiya:105) 

Secara balaghah, ayat ini dimulai dengan kata walaqod. Ada lam tawkid dan qod yang memiliki makna yang sama yaitu sungguh. Jadi ada penekanan yang diulang; sungguh-sungguh atau bisa dimaknai dengan istilah tidak akan pernah keliru, pasti yang mutlak, tidak akan ada hal-hal yang akan menyebabkan kegagalan. Dengan demikian bisa dipastikan bahwa bumi ini akan diwariskan hanya kepada orang-orang yang saleh, atau dengan kata lain hanya orang-orang saleh lah yang akan mewarisi bumi dan segala isinya. Demikian yang tertulis dalam kitab zabur, kitab sebelumnya dan di lauhul mahfuzh.

Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman:

 قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱللَّهِ وَٱصۡبِرُوٓاْ‌ۖ إِنَّ ٱلۡأَرۡضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ‌ۖ وَٱلۡعَـٰقِبَةُ لِلۡمُتَّقِينَ (١٢٨

“Musa berkata kepada kaumnya: Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; diwariskan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-A’raaf:128)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Nabi Musa AS. Menenangkan kaumnya ketika menghadapi kezaliman firaun dengan mengingatkan kepada mereka kekuasaan Allah SWT bahwa Dia-lah yang memiliki dan menguasai bumi dan segala apa yang terjadi di bumi ini adalah sesuai dengan sunahnya. Setiap umat yang ingkar dan zalim pasti menemui kehancuran dan setiap umat yang beriman dan bersabar tentu akan memperoleh pertolongan-Nya, sehingga memperoleh kemenangan dan kesudahan yang baik.

Kemudian ketika mencari referensi kriteria orang saleh yang dimaksud dalam ayat di atas yang pasti akan mewarisi bumi dalam hal kekayaan, kekuasaan dan segala yang ada didalamnya kelak banyak ditemui beberapa penjelasan. Secara spesifik dalam surat al-anbiya Allah menggunakan kata ‘Ibaad as-Shaalihiin’, kata Ibaad, berbeda dengan kata ‘Abiid, kata ini berarti hamba Allah yang taat pada aturannya. Allah merinci karakteristik seorang ‘Ibaad dalam QS. al-Furqan 62-74, sebagai hamba yang selalu menghabiskan waktu malamnya untuk qiyamullail, tidak menyombongkan diri, berkata baik, beriman pada akhirat, tidak berlaku syirik, tidak membunuh orang yang dibenarkan oleh syari’at, bersaksi dengan jujur, mendoakan keluarganya agar menjadi hamba-hamba Allah yang saleh dsb.

Dalam salah satu riwayat,  suatu ketika sahabat Nabi Umar bin al-Khathab melihat Mu’adz bin Jabal berada di dekat makam Nabi Muhammad SAW sembari menangis. Umar pun bertanya: Wahai, Mu’adz, apa yang membuatmu menangis? Mu’adz menjawab: Aku teringat Rasul SAW berkata: sedikit  riya itu adalah syirik. Siapa yang memusuhi kekasih Allah, dia pasti akan memeranginya, dan Allah mencintai orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang menyembunyikan kebaikannya,  yaitu orang-orang yang jauh dari ketenaran (popularitas), tetapi hati mereka seperti obor penerang'." (HR Ibn Majah - Baihaqi  dari Umar bin Khathab).

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah bahwasanya orang yang akan mewarisi bumi adalah mereka yang memiliki sifat: Pertama, orang yang memiliki akidah yang kuat dalam hal arti mereka bisa membebaskan diri dari unsur-unsur kesyirikan baik yang terlihat jelas/terang (jaliy) ataupun yang laten (khafiy).

Kedua, merujuk pada pendapat Ibn Taimiyah, mereka yang selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT adalah orang yang mampu menjalankan perintah-perintah Allah, baik perintah yang wajib ataupun perintah yang sunah.

Kemudian yang ketiga adalah selalu membersihkan diri dari maksiat dan dosa. Mereka yang mempunyai sifat ini, akan selalu bermandikan cahaya. Hati atau qolbun mereka adalah cahaya. Di dalam diri mereka terdapat nurun ‘ala nur atau cahaya di atas cahaya. Orang yang akan selalu memberikan pencerahan dan ketenangan kepada masyarakat di manapun dia berada.

Semoga kita semua memiliki keinginan untuk bisa menjadi hamba-hambanya yang saleh ‘Ibaad as-Shaalihiin’ yang kelak akan mewarisi bumi ini, dengan selalu memperbaiki diri dan mencoba menerapkan kriteria yang disebutkan dalam Alqur’an dan hadits.***

*Penulis adalah Ketua DKM Baitul Izzah

Diterbitkan oleh:

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

www.mbi-gdc.or.id email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.