Oleh: Elvi Setiaji*

Bismillahirrahmannirrahim.

            Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 158 Allah SWT berfirman: 

 إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلۡمَرۡوَةَ مِن شَعَآٮِٕرِ ٱللَّهِ‌ۖ فَمَنۡ حَجَّ ٱلۡبَيۡتَ أَوِ ٱعۡتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا‌ۚ وَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرً۬ا فَإِنَّ ٱللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ (١٥٨

Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi’ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri Kebaikan lagi Maha Mengetahui.

Umroh merupakan rihlah muqaddasah (perjalanan suci). Inilah yang menyebabkan seluruh kegiatan yang dilakukan pada saat umroh merupakan perjalanan ibadah demi memperoleh pahala dan ridho dari Allah SWT. Ibadah umroh merupakan bagian dari syi`ar untuk mensucikan dan membesarkan nama Allah seperti yang tercantum dalam kalimat talbiyyah.

Umroh merupakan salah satu sarana bagi umat manusia untuk senantiasa menginstrospeksi diri, bahkan ketika dia berada sangat dekat dengan-Nya di Baitullah. Umroh menjadi simbol ketaatan dan kepatuhan kita kepada Allah SWT sebagai hamba-Nya yang senantiasa melakukan segala perintahNya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Data tahun 2017 menyebutkan (Statistik Kedatangan Kepulangan Jemaah Umrah, KUH Arab Saudi), jumlah jemaah umrah dari Indonesia tercatat rata-rata setiap bulannya mencapai 5.602 orang. Atau rata-rata ada 195 jemaah umrah yang terbang ke Saudi setiap harinya.

Analisa singkat yang bisa diambil dari data di atas dapat disimpulkan ke dalam dua sudut pandang sebagai berikut:

Perspektif yang pertama bisa dikatakan meningkatnya tingkat pemahaman umat Muslim di Indonesia terkait urgensi ibadah umroh sebagai sebuah upaya memperbaiki diri dengan mendekatkan diri kepada Allah, mengagungkan dan mengekspresikan ketatan dan kepatuhan kepada-Nya serta menunjukan kecintaan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW.

Logika sederhana yang bisa disimpulkan dengan semakin banyaknya jamaah umrah dari Indonesia adalah akan semakin banyak pribadi-pribadi Muslim yang dekat dan taat kepada Allah, senang bekerja keras dalam kabaikan dan selalu bertekad memperbaiki diri. Dari kumpulan pribadi-pribadi ini akan segera terwujud masyarakat madani yang diidam-idamkan.

Adapun perspektif kedua lebih kepada pemanfaatan terhadap kondisi eforia umat Muslim yang sedang meningkat saat ini. Seperti diketahui dengan semakin banyaknya jamaah umrah maka akan semakin banyak kebutuhan biro perjalanan yang membantu para jamaah dalam membimbing dan memudahkan tercapainya niat dan tujuan yang diinginkannya. Untuk itu potensi ekonomi yang cukup besar tersebut harus dapat disikapi secara bijak dan hati-hati.

Ada kaidah dalam usul fiqih yang mengatakan bahwa membantu orang  yang akan melakukan amal sholeh maka orang yang membantu akan mendapat kebaikan yang sama dengan orang yang melakukan amal sholeh tersebut tanpa mengurangi hak yang akan diperoleh orang tersebut. Adapun mendapat imbalan atas usaha dan jasa dalam membantu melancarkan dan mempermudah orang dalam melakukan kebaikan  tidaklah dilarang sepanjang ada keridhoan dari orang yang terbantu.

Kenyataan yang kita lihat sekarang ada beberapa biro perjalanan yang menghadapi masalah hukum terkait pelaksanaan usaha yang dijalankan. Pada awalnya dijanjikan akan membantu sebanyak-banyaknya orang dalam mengerjakan amal sholeh yaitu  melaksanakan ibadah umrah dengan harga yang relatif murah namun pada akhirnya banyak jamaah terlantar dan menunggu tanpa kepastian terkait keberangkatannya.

Semoga ini menjadi sebuah peringatan dan bukan upaya untuk mematikan niat dan semangat untuk membantu orang menjalankan amal sholeh, yaitu ibadah mendekatkan diri kepada zat yang Maha Besar dan Maha Mengetahui. Syariat hanya melarang segala sesuatu yang melampaui batas dan menzholimi orang lain.

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَإِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

“Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu. Aku memenuhi panggilan-Mu tiada sekutu bagi-Mu aku memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujian dan ni’mat adalah milik-Mu begitu juga kerajaan tiada sekutu bagi-Mu”

Waallahu ‘alam.***

 

*Penulis adalah Ketua DKM Baitul Izzah

 

Diterbitkan oleh:

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

www.mbi-gdc.or.id email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.