Edisi II/MBI/IX/2017 – JUM’AT 17 DZUL-HIJJAH 1438 H/8 SEPTEMBER 2017 M           

ISTRI YANG SHOLEHAH

Oleh: Abu Hanin

            Pandangan mata dan hati kita akan sejuk manakala kita mempunyai istri yang sholehah (menyenangkan bila dipandang, taat bila disuruh, menjaga amanah saat kita pergi, membantu kita dalam ketaatan dan urusan akhirat, menggerakkan keimanan kita, mencegah kita dari ma’shiat dst). Bukan justru yang membuat kita celaka dengan mengolok-ngolok kefakiran kita, membanding-bandingkan kita dengan tetangga dalam urusan dunia sehingga mendorong kita untuk mengambil jalan pintas dalam mencari rizqi. Naudzubillah!

            Wanita ahli salaf, bila mengantar suaminya untuk bekerja berpesan: “Jangan sampai Anda mencari rizki yang haram, karena kami lebih tahan menderita lapar daripada menahan siksa neraka.“ Ucapan ini akan sangat membantu suami menjadi rem agar tidak memakan harta haram, menerima suap, pungli, korupsi dan lain-lain.

            Hadits Nabi menerangkan: “Berhentilah pada batasan Allah, cari yang halal, jauhi yang haram bahkan hindarilah yang subhat, karena barang siapa yang menjauhi subhat sungguh telah menyelamatkan agamanya, dan yang meremahkan subhat dan terperosok ke dalamnya, sama saja dengan terperosok dalam haram”.  (H.R. Bukhori,  Muslim, Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah).

            Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita yang sholehah” (H.R. Muslim, Nasai dan Ibnu Majah). Wanita yang menjadi perhiasan, bukan sekadar yang cantik, yang kaya, tetapi yang mempunyai mentalitas dan akhlaq agama (dzatuddin). Wanita yang demikian yang akan menjadi lahan subur untuk menyemai generasi sholihin, karena dia akan menjadi pendidik utama bagi keluarganya.

            Nabi menerangkan, setelah taqwa kepada Allah, hal terbesar yang bisa dimanfaatkan oleh seorang lelaki adalah: istri yang sholehah, kalau disuruh taat, kalau dilihat menyenangkan, kalau diberi nafaqoh diterima dengan baik, (disyukuri) dan bila ditinggal pergi dia bisa menjadi penasehat bagi dirinya dan harta benda suaminya (H.R. Ibnu Majah ).

            Itulah tadi ciri-ciri wanita sholehah yang menjadi dasar kebahagiaan rumah tangga.

            Nabi bersabda “Di antara kebahagiaan bani Adam adalah: wanita sholehah, tempat tinggal yang baik dan kendaraan yang baik.” (H.R. Ahmad ).

            Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda: “Empat hal yang apa bila diberikan kepada seseorang sungguh telah diberikan kepadanya kebaikan dunia dan akirat: (1) hati yang bersyukur; (2) lidah yang berdzikir; (3) badan sabar atas cobaan; dan, (4) istri yang tidak mencari-cari kekurangan dalam dirinya dan harta bendanya “ ( H.R. Thabrani ).

            Wanita generasi salaf justru sering mendorong suaminya untuk berjihad, berinfaq, menegakkan Negara Islam, membangun peradaban, meninggikan kalimah Allah dimuka bumi, menentang para thaghut yang memerangi umat Islam.

            Jangan sampai istri-istri kita menjadi bagian dari 3 hal yang membuat kebangkrutan dunia dan akhirat yang dalam hadits nabi disebut dengan (fawaqir), yaitu: (1) Imam yang kalau kita berbuat baik kepadanya tidak pernah berterima kasih, tetapi kalau kita salah tidak mau memaafkan; (2) tetangga yang selalu menyembunyikan kebaikan kita dan menyebarluaskan kejelekan kita; (3) istri yang selalu menyakiti kita bila kita ada dan khianat bila kita pergi (H.R. Thabroni).

            Sebagaimana disebut dalam hadist lain bahwa kesengsaraan seseorang di antaranya disebabkan oleh  istri yang jahat, rumah yang jelek dan kendaraan yang jelek.

            Demikian pula hendaknya, para istri berdo’a memohon kepada Allah agar dikaruniai suami yang sholeh, yang menyuruh untuk menegakkan sholat, menunaikan zakat, menyuruh kebaikan, mencegah kemungkaran, membantu dalam ketaatan kepada Allah, memimpin keluarganya, serta menjaga mereka dari siksa api neeraka. Karena di antara sebab kesengsaraan seorang wanita adalah manakala mempunyai suami yang tidak kenal Allah, tidak sholat, berakhlak tercela, melanggar batasan-batasan Allah.

            Selanjutnya seorang istri memohon agar dikaruniai keturunan yang sholihin (menjadi permata hati), permata hati bukan sekedar tumbuh besar, sehat, tampan, sukses belajarnya, dapat pekerjaannya, Tetapi yang bisa terjaga dari api neraka, lurus aqidahnya, rajin ibadahnya, luhur akhlaqnya, berbakti kepada Allah, kepada orang tua, bisa menjalankan fungsinya dalam memakmurkan bumi, berpengetahuan luas dan sebagainya.

            Apa artinya punya anak sukses dalam urusan duniawi, tetapi tidak beribadah kepada Allah, durhaka kepada orang tua, lebih setia kepada teman dan istrinya dan orang tua diterlantarkannya.

            Dan permohonan berikutnya yang menjadi kunci agar bisa mempunyai keluarga yang menjadi permata hati adalah manakala kita sebagai kepala rumah tangga bisa menjadi imam bagi orang-orang yang bertaqwa, artinya menjadi teladan dalam ketaqwaan kepada Allah.***

 

Diterbitkan oleh:

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

Sektor Melati Blok D4

Grand Depok City Depok - Jawa Barat

www.mbi-gdc.or.id email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Dewan Kemakmuran Masjid Baitul Izzah menerima kiriman artikel/tulisan yang berkaitan dengan tema-tema keagamaan sebagai bahan renungan bagi jamaah Masjid Baitul Izzah