NIKMAT UKHUWAH ISLAMIYAH

Allah Ta’ala berfirman:

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْ‌ۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءً۬ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦۤ إِخۡوَٲنً۬ا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٍ۬ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡہَا‌ۗ كَذَٲلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَہۡتَدُونَ (١٠٣

 Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kami karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.” (QS Ali Imran:103)

            Ayat ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga persatuan, menjaga tali agama Islam. Ayat ini sekaligus menekankan pentingnya menjaga persaudaraan antar-umat Islam sebab bermusuh-musuhan antar-sesama Muslim hanya akan menjauhkan kita dari nikmat persaudaraan (ukhuwah).

            Ukhuwah adalah satu konsepsi Islam yang menyatakan bahwa setiap Muslim dengan Muslim lain hakikatnya bersaudara. Banyak ayat Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam yang menjadi landasan konsep ini. Bahkan dalam beberapa keterangan kerap sekali kata “ukhuwah” atau turunannya digandengkan dengan kata “iman”, “Islam” atau “mukmin”.[1]

            Ukhuwah merupakan salah satu dari tiga unsur kekuatan yang menjadi karakteristik masyarakat Islam di zaman Rasulullah , yakni pertama, kekuatan iman dan aqidah. Kedua, kekuatan ukhuwah dan ikatan hati. Ketiga, kekuatan kepemimpinan dan senjata.

            Dengan tiga kekuatan ini, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam. membangun masyarakat ideal, memperluas Islam, mengangkat tinggi bendera tauhid, dan mengeksiskan umat Islam di muka dunia kurang dari setengah abad.

            Buku-buku sejarah menceritakan kepada kita bahwa kaum Anshar sangat bahagia menerima tamu Muhajirin, hingga mereka berlomba-lomba untuk dapat menerima setiap sahabat Muhajirin yang sampai di Yatsrib (Madinah). Karena para Anshar saling bersaing dan berlomba untuk dapat menerima sahabat Muhajirin hingga mereka harus diundi untuk menentukan siapa yang menang dan dapat giliran menerima tamu Muhajirin. Ini sungguh terjadi hingga disebutkan bahwa tidaklah seorang Muhajirin bertamu ke Anshar kecuali dengan undian.

Ukhuwah, taakhi, cinta, dan itsar sejatinya merupakan syarat kebangkitan dan kemenangan. Itulah strategi pertama yang ditempuh oleh Rasullah Shallahu ‘Alaihi Wassallam dengan mempersaudarakan sahabat Anshar dan Muhajirin dan membangun masjid tempat membina persaudaraan dan persatuan kaum Muslimin.

Risalah ini juga dilanjutkan Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam membangun komunitas dan gerakan yang kuat, menjadikan persatuan sebagai senjata, dan taaruf saling mengenal sebagai asas dakwah.

Ukhuwah tidak bisa dibeli dengan apapun. Tapi diperoleh dari penyatuan antara ikatan hati dan hati serta karakteristik istimewa dari seorang mukmin yang shalih. Ukhuwah juga membangun umat yang kokoh.

Hal-hal yang dapat mengokohkan persaudaraan itu dipengaruhi oleh enam faktor:[2]

1.    Saling menebarkan salam. Ucapan salam adalah awal bersatunya hati, dan pintu utama rasa kasih sayang. Lagi pula, dengan tersebarnya salam maka akan terwujud kesatuan hati antara kaum muslimin.

2.    Saling berkunjung. Saling berkunjung merupakan amalan yang utama karena dapat menumbuhkan benih-benih cinta di antara kaum muslimin.

3.    Saling memberi hadiah. Dengan saling memberi hadiah, akan terjalin kedekatan hati sehingga tumbuh rasa saling mencintai di dalam sanubari. Namun, seseorang yang memberi hadiah terkadang bisa menyakiti hati orang yang diberi apabila selalu mengungkit-ungkit pemberiannya. Hal ini justru dapat merusak persaudaraan.

4.    Menjenguk orang sakit dan mengiringi jenazah orang yang meninggal. Menjenguk saudara kita yang sakit dan mengiringi jenazah orang yang meninggal akan membuat dirinya atau keluarganya merasa tenang dan terhibur atas musibah yang tengah di alaminya.

5.    Saling mendoakan kebaikan. Mendoakan saudara kita banyak keutamaannya. Selain mempererat persaudaraan, malaikat juga akan mendoakan hal yang sama untuk kita.

6.    Saling menasihati. Nasihat merupakan salah satu cerminan persaudaraan di antara kaum muslimin karena tujuannya adalah menghendaki kebaikan bagi orang yang dinasehati. Jika kaum muslimin saling menasehati dengan baik, niscaya keberkahan akan turun di tengah-tengah mereka, aminn.***

 



[1] https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-iman/read/2016/10/09/102299/102299.html

[2] https://buletin.muslim.or.id/akhlaq/nikmat-persaudaraan

 

Diterbitkan oleh:

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

Sektor Melati Blok D4

Grand Depok City

Depok - Jawa Barat

www.mbi-gdc.or.id email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Dewan Kemakmuran Masjid Baitul Izzah menerima kiriman artikel/tulisan yang berkaitan dengan tema-tema keagamaan sebagai bahan renungan bagi jamaah Masjid Baitul Izzah