Oleh: Mohammad Hasyim*
Bismillahirrahmanirrahim
Muhasabah berasal dari akar kata hasiba yahsabu hisab yang secara etimologis berarti melakukan perhitungan. Muhasabah adalah upaya untuk melakukan evaluasi diri terhadap segala kebaikan dan keburukan yang dilakukan manusia pada semua aspeknya.[1]
Untuk dapat hidup selamat baik di dunia terlebih di akhirat, seyogianya manusia sering berfikir tentang apa yang nanti akan berlaku bagi dirinya di alam barzah: senantiasa berbuat baik dan mencegah hal buruk atau melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Q.S. Al-Baqarah: 281).
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.” (Q.S. Ali Imran: 30)
Pertanggungjawaban di akhirat adalah perjalanan pasti bagi seluruh manusia tanpa terkecuali. Tidak ada yang dapat luput. Tidak ada yang bisa meloloskannya dengan selamat kecuali rahmat Allah dan ampunan-Nya. Untuk itulah, manusia seharusnya banyak bermuhasabah, mentafakuri rentang waktu yang telah dilewati serta terus memohon ampunan Allah dan meminta kepada-Nya agar di waktu yang akan datang mendapat penjagaan dari Allah hingga tidak terjatuh kepada dosa dan maksiat.[2]
“Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja?” (Q.S Al-Qiyamah: 36).
“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Q.S Al-Mukminun: 115)
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Adz-Dzariyat: 56).
Kehancuran hati dapat terjadi karena tidak pernah bermuhasabah dan kerap menuruti hawa nafsu. Muhasabah sesungguhnya dapat memunculkan rasa takut kepada Allah, dan rasa takut kepada Allah berikutnya akan menekan kecenderungan hawa nafsu yang kerap mengajak kepada perbuatan negatif (maksiat).
Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang yang senantiasa memuhasabahi dirinya dan rajin beramal untuk kehidupan setelah mati. Dan orang yang lemah adalah orang yang selalu memperturut hawa nafsunya dan banyak berangan-angan atas Allah.” (HR. Tirmidzi)
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Umar ibn Khattab berseru: “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Sesungguhnya itu akan meringankan perhitungan kalian esok hari. Berhiaslah untuk perhelatan akbar (hari akhir), pada hari segalanya akan tampak dan tidak ada yang tersembunyi dari kalian!”
Dari wahab, ia berkata: “Terdapat dalam hikmah Daud ‘alaihissalam, bahwa seorang yang berakal tidak akan pernah lalai dari empat waktu: waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya; waktu untuk memuhasabahi dirinya; waktu untuk berkumpul dengan sahabatnya agar mereka menyampaikan kekurangannya; dan waktu untuk bersama kelezatan nikmat yang halal dan indah.”
Bermuhasabah bisa dilakukan dengan menimbang kenikmatan dan kejahatan diri kita. Artinya, melihat apa yang telah Allah berikan kepada kita dan apa yang telah kita perbuat. Dengan itu, akan tampak kesenjangan yang sangat jauh antara keduanya. Akan sangat jelas bagi kita bahwa semua nikmat yang kita terima adalah kasih sayang dan sifat pemaaf Allah. Kita akan semakin merasa kerdil dan fakir dihadapan Allah yang Maha Kuasa dan Maha Pemurah.
Bermuhasabah sangat sulit kecuali bagi orang yang memiliki tiga perkara; (1) ilmu (2) berprasangka buruk terhadap jiwa dan (3) mengenal kenikmatan untuk membedakannya dari fitnah.
Wallahu a’lam bish-shawab.
*Penulis adalah Humas DKM Baitul Izzah
[2]https://salafiyunpad.wordpress.com/2010/01/22/muhasabah-kontrol-diri-menuju-takwa/
Renungan Jumat Ini Diterbitkan Oleh: DEWAN KEMAKMURAN MASJID BAITUL IZZAH Sektor Melati Blok D4 Grand Depok City Depok - Jawa Barat email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
|