Edisi III/MBI/IV/2017
MEMBANGUN AKHLAK MULIA
Akhlak atau karakter mulia sebenarnya merupakan buah yang dihasilkan dari proses penerapan ajaran agama yang meliputi sistem keyakinan dan sistem aturan (Islam: akidah dan syariah). Terwujudnya akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat merupakan misi utama pembelajaran agama di lembaga pendidikan. Sejalan dengan ini maka semua mata pelajaran atau mata kuliah yang diajarkan kepada peserta didik haruslah mengandung muatan pendidikan karakter dan setiap guru atau dosen haruslah memerhatikan sikap dan tingkah laku peserta didiknya.
Islam, misalnya, memberikan penghargaan yang tinggi terhadap ilmu, akan tetapi yang dimaksud adalah ilmu yang 'amaliyah. Artinya, seorang yang memperoleh suatu ilmu akan dianggap berarti apabila dia mau mengamalkan ilmunya. Terkait dengan hal ini, al-Ghazali mengatakan, "Manusia seluruhnya akan hancur, kecuali orang-orang yang berilmu. Semua orang yang berilmu akan hancur, kecuali orang-orang yang beramal. Semua orang yang beramal pun akan hancur, kecuali orang-orang yang ikhlas dan jujur."
Al-Ghazali memandang agama sebagai teknik atau skill, bahkan sebagai sebuah ilmu yang bertujuan untuk memberi manusia pengetahuan dan watak (disposition) yang dibutuhkan untuk mengikuti petunjuk Tuhan sehingga dapat beribadah kepada Tuhan dan mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup.
Sementara Al-Faruqi menegaskan bahwa esensi peradaban Islam adalah Islam itu sendiri, dan esensi Islam adalah tauhid atau pengesaan Tuhan, tindakan yang menegaskan Allah sebagai Yang Esa, Pencipta Yang Mutlak dan Transenden, dan Penguasa segala yang ada.
Bagi kaum Muslim, tidak dapat diragukan lagi, bahwa Islam, kebudayaan Islam, dan peradaban Islam memiliki esensi pengetahuan, yaitu tauhid, seperti difirmankan Allah dalam surat Al-Dzariyat 56:
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ (٥٦
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Ada tiga komponen penting yang harus diperhatikan di dalam pengelolaan pendidikan agama, yaitu ilmu itu sendiri, kemudian pengamalan ilmu tersebut, dan tauhid yang menjadi dasar utamanya. Kalau ketiga komponen ini tidak dipahami dan tidak diberikan secara integral, maka akan sulit mencapai tujuan pendidikan agama sebagaimana yang disebutkan di atas, yakni karakter atau akhlak mulia.
Adapun karakter lebih ditekankan pada aplikasi nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, karakter lebih mengarah kepada sikap dan perilaku manusia. Kata karakter, secara harfiah, bisa diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak.
Orang berkarakter berarti orang yang memiliki watak, kepribadian, budi pekerti, atau akhlak. Dengan makna seperti ini, berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir.
Pendidikan karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan Karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Jadi, pendidikan karakter membawa misi yang sama dengan Pendidikan Akhlak atau Pendidikan Moral.
Yang menjadi persoalan penting di sini adalah bagaimana karakter atau akhlak mulia ini bisa menjadi kultur atau budaya. Artinya, kajian tentang akhlak mulia ini penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana nilai-nilai akhlak mulia bisa teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi habit.
Diterbitkan oleh: DEWAN KEMAKMURAN MASJID BAITUL IZZAH
Sektor Melati Blok D4 Grand Depok City Depok - Jawa Barat www.mbi-gdc.or.id email:This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
|