MENCARI KEKHUSYU’AN SHOLAT

Oleh: Mohammad Hasyim*

Menunaikan sholat secara khusyu adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana difirmankan dalam surat Al-Mu’minuun ayat 1-2 bahwa:

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam sholatnya.”

Khusyu berarti tunduk, rendah dan takut. Secara harfiah, khusyu adalah satu keadaan di mana hati seorang berada dalam ketenangan, ketundukan, rasa takut dan rendah diri di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sholat secara khusyu’ adalah tujuan dari setiap Muslim yang menginginkan ibadahnya diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam surat Al-Baqarah ayat 45-46 Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka (akan) menemui Tuhannya dan bahwa mereka (akan) kembali kepada-Nya.

Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kita sebagai Muslim untuk dapat menunaikan sholat secara khusyu’ dan juga mendorong agar sholat berjamaah yang kita lakukan bersama dapat dilaksanakan secara khusyu’ pula.

Dengan demikian dapat dipahami apabila ada pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Baitul Izzah yang marah saat sholat berjamaah di dalam masjid terganggu oleh suara canda gurau anak-anak yang mengganggu kekhusyu’an ibadah.

Itu karena tujuan jamaah untuk dapat menunaikan sholat berjamaah di masjid secara khusyu’ dan dapat diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan tercapai. Dan mereka yang mengganggu kekhusyu’an sholat tentu akan berdosa karena mengganggu jamaah yang sedang beribadah.

Maka beralasan jika setelah itu DKM Baitul Izzah membuat aturan yang lebih ketat mengenai tata tertib di masjid. Ini semata dilakukan untuk menjamin bahwa pelaksanaan sholat jamaah di Baitul Izzah dapat dilaksanakan secara khusyu’.

Namun demikian, sekadar berbagi pengalaman dalam beribadah, penulis yang baru saja menunaikan ibadah umrah pada akhir Januari 2020, merasakan bahwa kekhusyu’an sholat memang sulit dicapai, bahkan di Masjidil Haram di Mekkah maupun di Masjid Nabawi di Madinah sekalipun.

Persoalannya, sholat berjamaah di Masjidil Haram diikuti oleh jamaah yang berjubel memenuhi setiap sudut dan pelataran masjid. Hal ini mengakibatkan syaf sholat menjadi berdesak-desakan, khususnya yang berada di sekitar pelataran Kabah.

Bahkan saat penulis mengikuti sholat Jum’at 28 Jumadil Ula 1441 Hijriyah di pelataran Kabah, perlu waktu sekitar 3 jam sebelum masuk waktu adzan untuk mendapat sedikit tempat duduk atau sekadar membentuk syaf sholat. Itu pun kadang masih dibubarkan oleh asykar karena dianggap mengganggu jamaah yang sedang thowaf.

Selain itu, pada saat sholat Jumat di Masjidil Haram juga banyak jamaah wanita yang masih berada di sela syaf sholat, sehingga memaksa asykar turun tangan dengan mengumpulkan jamaah wanita ini di syaf tersendiri.

Tetapi, karena banyak jamaah ibu-ibu yang membawa anak bayi atau balita, pada akhirnya khutbah dan sholat Jumat yang seharusnya khusyu’ kadangkala terganggu oleh suara tangisan. Belum lagi banyak jamaah yang sibuk selfie ketimbang mendengarkan khutbah.

Satu-satunya yang membuat hati tetap tunduk dan mengikuti sholat Jumat dengan penuh keikhlasan adalah bangunan Kabah yang kokoh dan membuat takjub. Juga bacaan ayat suci al-Qur’an yang dilantunkan oleh imam saat memimpin sholat yang membuat hati tetap tenang dan nikmat.

Hal yang sama dirasakan penulis saat mengikuti sholat berjamaah di Masjidil Nabawi di Madinah, meskipun secara umum sholat berjamaah di Masjid Nabawi lebih tertib dibanding di Masjidil Haram karena jamaah laki-laki dan perempuan dipisahkan.

Adapun yang masih menggangu kekhusyu’an sholat adalah suara berdehem dari jamaah yang seringkali saling sahut-menyahut saat sholat. Juga jamaah yang memaksakan diri ingin masuk  syaf terdepan tetapi karena sudah penuh maka akhirnya kembali ke belakang dengan mengganggu kekhusyu’an jamaah lainnya.

Terlepas dari itu, tentulah keutamaan sholat di Masjidil Haram dan Masjidil Nabawi yang senantiasa diidamkan oleh setiap umat Muslim adalah karena 100.000 dan 1.000 kali lebih baik dibanding sholat di tempat yang lain. Wassalam bi shawab!***

MOHON DO’A

DAN DUKUNGANNYA

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

Sedang Berikhtiar Memperluas Bangunan Masjid agar Lebih Lapang, Nyaman dan Representatif

BANTUAN DAPAT DISALURKAN KE

BANK SYARIAH MANDIRI

NO REK 7130906383

A/N PROYEK PENGEMBANGAN MBI

 

*Penulis adalah Humas DKM Baitul Izzah