MENYIKAPI MUSIBAH BANJIR

Oleh: Mohammad Hasyim*

 

Awal tahun 2020 M ini, banjir melanda sejumlah daerah di Indonesia, terutama wilayah Jabodetabek. Banjir ini tidak hanya menelan kerugian material, tetapi juga puluhan korban jiwa melayang.

Lalu bagaimana sikap seorang Muslim menghadapi musibah tersebut?[1]

1.   Sabar

Sikap pertama sebagai seorang Muslim ketika menghadapi musibah atau hal-hal yang tidak disukainya adalah bersabar. Sabar bukan berarti menyerah dan berdiam diri tanpa ikhtiar. Sabar dalam menghadapi musibah adalah meneguhkan diri untuk tidak menyalahkan takdir Allah dan bertahan dalam mentaati-Nya serta menahan diri dari bermaksiat kepada-Nya.

Maka saat menghadapi musibah, termasuk banjir, seorang Muslim yang sabar tidak akan marah kepada Allah. Tidak adakan menyalahkan Allah. Kalimat pertama yang ia ucapkan adalah istirja’ yang berangkat dari kesadaran iman.

“…dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali).” (QS. Al Baqarah: 156)

Kesadaran bahwa semua milik Allah dan semua akan kembali kepada-Nya membuat kita lebih ringan saat menghadapi musibah. Sebab kita menyadari semua adalah milik-Nya. Kita pun menjadi tak terlalu kecewa dan depresi dalam menghadapi musibah seperti ini.

Dan yang lebih menggembirakan, orang-orang yang bersabar dengan mengucapkan kalimat istirja’ ini, Allah akan memberinya keberkahan, rahmat dan petunjuk.

Bahkan dalam satu hadits yang sahih dijelaskan, orang yang bersabar dan mengucapkan istirja’ saat menghadapi musibah akan mendapat pahala dan diganti yang lebih baik.

Tidaklah seorang muslim mengalami musibah, lalu dia mengucapkan Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun  (dan berdoa) ‘ya Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya’. Melainkan Allah akan memberikan pahala dalam musibahnya dan memberinya ganti dengan yang lebih baik.” (HR. Muslim)

2.      Membantu Korban Banjir

Orang-orang Mukmin itu bagaikan satu tubuh. Saat yang satu terkena musibah, selayaknya yang lain membantu. Jangan justru mem-bully orang yang terkena musibah.

Perumpamaan orang-orang Mukmin dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah-lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

MOHON DO’A

DAN DUKUNGANNYA

DEWAN KEMAKMURAN MASJID

BAITUL IZZAH

Sedang Berikhtiar Memperluas Bangunan Masjid agar Lebih Lapang, Nyaman dan Representatif

BANTUAN DAPAT DISALURKAN KE

BANK SYARIAH MANDIRI

NO REK 7130906383

A/N PROYEK PENGEMBANGAN MBI

 

Bahkan kalaupun kita juga terkena musibah, namun saudara kita lebih membutuhkan, Islam mengajarkan untuk membantunya. Semampu kita. Meskipun hanya dengan ucapan yang baik dan untaian doa. Tentu lebih baik lagi jika mampu membantu evakuasi, membantu konsumsi dan bantuan-bantuan lain yang diperlukan.

3.      Muhasabah dan Introspeksi

Musibah banjir tahun 2020 ini seharusnya menjadi bahan introspeksi bagi kita semua. Sebab pada umumnya musibah datang kepada kaum Muslimin dalam dua jenis. Pertama, sebagai ujian. Kedua, peringatan.

Sebagai ujian, kita harus menguatkan kesabaran dengan mengintrospeksi bahwa ada peringatan dalam musibah banjir ini. Peringatan seperti apa? Peringatan sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Rum: 41)

Seringkali bencana terjadi karena kerusakan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, termasuk banjir.***

*Penulis adalah Humas DKM Baitul Izzah